Welcome to my world

smiledevils

Sabtu, 03 Juli 2010

"3 Hati 2 Dunia 1 Cinta" nasib kita siapa yang tahu?



Jenis: Romantic Comedy
Sutradara: Benni Setiawan
Pemain: Reza Rahadian, Laura Basuki, Arumi Bachsin
Produksi: Mizan Production

Berniat nonton film ini karena ada nama MIZAN didalamnya. Saya percaya Mizan Production tidak akan asal dalam membuat film, beberapa film yang pernah diproduksinya pun selalu layak untuk diapresiasi.

Tanggal 1 juli kemarin adalah premiere dari film ini. Sayang sekali, mungkin karena premiere film ini bertepatan dengan premiere-nya film Hollywood yang juga sudah dinanti-nanti penggemarnya di seluruh dunia, ECLIPSE (Twilight Saga), sehingga orang-orang lebih tertarik untuk menonton film yang menceritakan tentang kisah cinta antar Vampire-Manusia-Werewolf dibanding menonton film yang menceritakan kisah cinta antar dua orang lawan jenis yang berbeda agama, which is kisah ini lebih real dan lebih sering kita dengar dan lihat disekitar kehidupan kita.

Oke, langsung saja menuju sinopsisnya:

Film ini menceritakan tentang kehidupan seorang pria muda bernama Rosyid seorang muslim idealis yang sangat terobsesi menjadi seorang seniman terkenal seperti WS. Rendra. Sebagai pemuda muslim dan putra dari sepasang suami-istri Muslim yang terhormat, Rosyid berpenampilan cukup nyeleneh, celana jeans sobek, kaos oblong dekil, dan yang paling parah adalah rambut kribo-nya yang segede gaban. Sementara tradisi turun temurun dari nenek moyang keluarganya adalah setiap anak laki-laki harus berpakaian rapih memakai baju koko, dan yang paling penting harus memakai PECI. Sedangkan rambut Rosyid yang super jumbo itu membuat Rosyid kesulitan untuk menggunakan Peci, dan tentu saja Abahnya sangat marah saat Rosyid menolak untuk menggunakan Peci dan juga menolak keras untuk memotong rambut kesayangannya itu. Itulah yang kemudian menjadi alasan kenapa Rosyid dan Abah-nya jarang sekali akur. Setiap hari yang menjadi rutinitasnya dirumah hanyalah beradu-mulut dengan abah-nya. Untunglah selalu ada sang Umi yang selalu dapat menjadi penengah yang bijak dan lemah lembut. Dibalik ke-tidak-akuran antar Rosyid dan Abah-nya itu sebenarnya ada rasa cinta tiada tara seorang Abah kepada putra-nya Rosyid, begitu pun Rosyid, dia sangat mencintai Abah-nya dari lubuk hati yang paling dalam, hanya saja gengsi besar dari kedua-nya menjadi penghalang besar bagi mereka untuk mengutarakan rasa sayang dan cinta pada masing-masing.

Ke-piawaian Rosyid dalam membuat dan membaca puisi membuat seorang gadis manis kepincut, namanya adalah Delia, seorang gadis Katholik yang akhirnya berhasil mendapatkan cinta seorang Rosyid. Mereka berdua tidak pernah merasa Agama adalah penghalang bagi cinta mereka. Tapi orang-tua mana yang akan setuju jika putri atau putra kesayangannya menjalin hubungan dengan seorang yang berbeda keyakinan. Hal itulah yang kemudian menjadi alasan kenapa Rosyid dan Delia merahasiakan hubungan cinta mereka pada orangtua mereka masing-masing.

Namun sebaik-baiknya kita menyembunyikan sesuatu, pada akhirnya pasti akan terungkap juga. Begitu pun dengan kisah cinta Rosyid dan Delia ini, setelah diketahui kedua orangtuanya masing-masing, cobaan bagi percintaan mereka datang bertubi-tubi. Orangtua mereka menentang habis-habisan hubungan ini. Dan hubungan Rosyid dan Delia pun semakin sulit saja, padahal keduanya sangat mencintai satu sama lain dan tidak mampu jika harus berpisah. Hubungan Rosyid dan Delia terus berlanjut meskipun tidak direstui orangtua mereka, bahkan Delia hingga menolak tawaran orangtuanya untuk berkuliah di luar negeri. Dan Rosyid, setiap hari hanya mendengar celotehan dari Abahnya yang uring-uringan karena masalah ini. Hingga akhirnya muncul ide cemerlang dari sang Abah untuk memisahkan Rosyid dengan Delia, yaitu dengan menjodohkan Rosyid dengan putri sahabatnya.

Nabila, gadis cantik berjilbab yang akan dijodohkan dengan Rosyid ternyata sudah lama menyimpan perasaan kagum terhadap Rosyid, sang penyair kribo. Dalam hatinya ia berkata tak akan menolak lamaran Rosyid kepadanya, jauh sebelum perjodohan ini, Nabila sudah menyimpan perasaan pada Rosyid. Perjodohan ini membuat Rosyid kebingungan setengah mati, disatu sisi, ia sangat mencintai Delia, namun disisi lain, ia akan sangat merasa bersalah jika harus mencampakan Nabila begitu saja, karena Nabila sudah menerima perjodohan ini. Sebenarnya Rosyid bukan tidak menyukai Nabila, hanya laki-laki bodoh yang menolak Nabila mentah-mentah. Nabila cantik, baik hati, lemah lembut, dan berjilbab. Tapi dari lubuk hatinya yang terdalam, Rosyid masih sangat mencintai Delia, seorang gadis Katholik yang ke-imanan-nya mulai sedikit luntur akibat masalah ini. Dan masalah pun semakin menjadi saat tiba-tiba Rosyid memutuskan untuk menolak Nabila. Abah-nya sangat kecewa dan marah sekali, hingga akhirnya Rosyid diusir dari rumah. Sang Umi sangat bersedih, dengan berat hati ia pun akhirnya melepaskan putra-nya pergi dari rumah.

Lalu bagaimanakah nasib Rosyid, Delia dan Nabila?? siapakah akhirnya yang menjadi wanita pilihan Rosyid?? akankah ia memotong rambut kribo-nya dan kembali ke-rumah sang Abah tercinta?? nasib kita siapa yang tahu bukan... hehehe..

Pada dasarnya, ini memang film bergenre komedi-romantis, namun kita juga merasakan sisi drama-nya juga. Hmm... saya baru tahu kalau film ini diangkat dari Novel Da Peci Code dan Rosid & Della (sebuah buku yang sempat lama sekali saya pandangi beberapa tahun silam di Gramedia), tapi belum pernah saya baca novel-nya.

Oke, mengenai film ini, saya hanya bisa bilang bahwa ini film bukan sembarang film Romantis yang dibuat secara menye-menye dan termehek-mehek, ini film yang digarap dengan pesan yang ngena banget didalamnya. Karena saya belum pernah membaca novelnya, saya selalu salah tebak setiap akan menebak alur cerita di film ini. Film ini berhasil menyuguhkan sebuah film per-cintaan yang tidak terlalu romantis tapi masih bisa kerasa feel-nya. Unsur komedi-nya sangat-sangat fresh sekali, natural dan ga dibuat-buat, ini yang saya sebut komedi khas Indonesia, yang sering kita lihat dikehidupan sehari-hari, bukan seperti komedi kebanyakan yang lebih "ke-Hollywood-an". Komedi-nya berhasil membuat kita geli dibuat tertawa, Kisah Cinta-nya sepertinya tidak terlalu luar biasa (good Point buat saya), intinya, film ini sangat menghibur.

Rasanya kisah cinta antara Rosyid-Delia-Nabila di film ini bukanlah porsi utama yang ingin disajikan difilm ini, justru yang terlihat lebih banyak porsi-nya adalah hubungan antar Rosyid dan sang Abah, dan itu menjadi point yang bagus untuk film ini. Entahlah, kisah yang memuat hubungan antar ayah-anak selalu berhasil membuat saya terharu hingga hampir menitikan airmata, seperti kisah hubungan Ikal dan sang ayah difilm SANG PEMIMPI yang berhasil membuat saya meneteskan airmata walau hanya 2-3 tetes saja. hehehe...
Dan justru inilah kelebihan film ini, walaupun tema-nya adalah kisah cinta antar seorang pria dan wanita yang berbeda keyakinan, namun tidak melulu harus menceritakan tentang hubungan percintaan yang ala sinetron dengan adegan sayang-sayangan, mesra-mesraan, dan tangis-tangisan yang bombai banget.

Salah satu adegan yang berhasil membuat saya terharu adalah saat sang Abah menyatakan perasaan sayang-nya kepada Rosyid dan Rosyid-pun dengan berkaca-kaca menyatakan bahwa ia juga sayang kepada Abah-nya itu. Kadang rasa sayang itu tidak perlu diungkapkan dari bibir kita.

Satu kekurangan di film ini adalah Cinematografi-nya. Maaf sekali, saya harus mengatakan ini, saya seperti menonton Sinetron yang cerita-nya bagus tapi ditayangkan di layar lebar. Terlalu banyak close-up, dan minim sekali long-shot nya. Seharusnya film ini bisa lebih kelihatan Art-of-view nya, tapi sayang, setting tempat yang menurut saya sangat bagus apabila di long-shot, malah diambil secara close-up. Ada satu scene disaat Rosyid membacakan puisi untuk Umi-nya, dimana sang Umi duduk dikursi sementara Rosyid berdiri mengelilingi sang Umi lalu memeluknya dari belakang, itu akan sangat indah kalau di long-shot, tapi ini malah di close-up sehingga saya melihat kepala sang Umi sempat terlihat terpotong sebagian saat Rosyid memeluknya dari belakang. Tapi selebihnya, film ini bagus sekali, layak untuk ditonton semua orang, bahkan oleh keluarga, karena film ini aman dan sehat untuk ditonton semua usia. O iya satu lagi, puisi-puisinya WS. Rendra mantap banget! apalagi di scene awal saat Rosyid membacakan Puisi, sangat merinding sekali, walaupun di film-nya Rosyid malah disorakin penonton, tapi menurut saya scene Rosyid membaca Puisi di panggung itu sangat keren.... hehehehe...

Nonton nyooookkkkk.....!!!! :P
Insya Allah temen-temen saya juga mau pada ngajak nobar ECLIPSE, tapi sebelumnya mau saya pengaruhi dulu otak-nya biar nonton film ini dulu. Hehehehe...

Watch the trailer:

"TANAH AIR BETA" mencari kakak yang tak kunjung tiba




Jenis Film : Drama keluarga
Produser : Ari Sihasale
Produksi : Alenia Pictures
Pemain : Alexandra Gottardo, Asrul Dahlan, Griffit Patricia, Yahuda Rumbindi, Lukman Sardi, Ari Sihasale, Robby Tumewu, Thessa Kaunang
Sutradara : Ari Sihasale
Penulis : Armantono
Ilustrasi musik : Aksan Sjuman dan Titi Sjuman
Durasi : 90 menit


Sebenarnya saya menonton film ini saat pertama premiere yang lalu, tapi baru ada mood untuk membuat sedikit resensi tentang film ini.

Setelah menonton film DENIAS dan KING beberapa tahun yang lalu, entah kenapa saya mulai mengagumi sosok Ari Sihasale sebagai seorang sutradara muda baru yang menurut saya punya kualitas yang mengejutkan. Dua film itu (Denias dan King), merupakan karyanya yang digarap secara jujur dan penuh perasaan, Ari Sihasale berhasil membuat film untuk anak-anak yang disajikan penuh dengan kesederhanaan namun sangat luar biasa pengaruhnya bagi orang yang menonton. Saya sempat dibuat meneteskan air mata saat menyaksikan perjuangan seorang Denias yang ingin sekali dapat bersekolah di tempat yang lebih layak, saya pun kemudian dibuat terkagum-kagum melihat sosok seorang ayah yang sangat mencintai anaknya di film King. Sungguh, setelah saya terpuaskan oleh kedua film itu, saya kemudian mulai berani mengambil kesimpulan bahwa Ari Sihasale sangat layak untuk saya sebut sebagai sineas muda yang sangat berbakat, dan sejak itu, saya berjanji pada diri saya sendiri, untuk terus mengikuti perkembangan film yang akan digarap oleh beliau di bawah naungan Alinea Pictures. Saya akan selalu siap menanti dan menyaksikan film-film apa lagi yang akan digarap mereka.

Begitu pun saat saya mengetahui bahwa akan ada film baru berjudul TANAH AIR BETA yang digarap oleh Alinea Pictures. Dan saat premiere pertamanya, saya menyempatkan diri untuk menonton film ini. Berikut sinopsisnya:

Film ini menceritakan tentang Mauro (Marcel Raymond) seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang harus terpisahkan dengan Ibu-nya Tatiana (Alexandra Gottardo) dan juga adik perempuannya yang baru berumur sepuluh tahun, Merry (Griffit Patricia), akibat Peristiwa revolusi kemerdekaan tanah Timor Timur atau yang lebih dikenal sebagai Timor Leste yang sekarang resmi memisahkan diri dari Indonesia.

Saat peristiwa itu, Mauro terpisahkan dari Ibu dan adiknya dan terpaksa tinggal bersama pamannya di perbatasan. Sementara Tatiana dan putrinya Merry lebih memilih tinggal di negeri tercintanya Indonesia.

Film ini kemudian bercerita mengenai perjuangan sang Ibu, Tatiana untuk mencari putra satu-satunya Mauro ke perbatasan. Namun hasilnya selalu nihil. Merry yang sangat mencintai kakak laki-lakinya itu pun sangat berharap agar ia segera dipertemukan dengan kakak tercintanya, Mauro. Namun setelah pencarian yang selalu tidak membuahkan hasil itu, akhirnya Tatiana harus rela berbohong pada Merry bahwa kakaknya baik-baik saja dan akan segera kembali suatu saat nanti.

Disini dikisahkan juga seorang anak laki-laki bernama Carlo (Yehuda Rumbini), yang terkenal sangat nakal dan sering sekali mengganggu Merry. Namun dibalik kenakalannya itu, ternyata nasib Carlo tidak kalah menyedihkan dari Merry. Ia kehilangan kedua orangtuanya, dan kini ia tidak punya siapa-siapa lagi selain bapak angkatnya sekarang (saya lupa namanya, hehe). Merry selalu dibuat kesal oleh Carlo, dan tiap kali ia dibuat kesal oleh Carlo, maka Merry akan selalu bilang pada Carlo bahwa sebentar lagi kakaknya Mauro akan datang dan Carlo tidak akan berani lagi mengganggunya. Hingga suatu saat, Carlo merebut sebuah harmonika milik Merry dan tidak sengaja menjatuhkannya ke sungai. Merasa bersalah, akhirnya Carlo berjuang untuk membeli sebuah harmonika baru untuk Merry. Sementara itu, Merry makin bersedih kala diam-diam dia mengetahui bahwa selama ini Ibunya berbohong mengenai rencana kepulangan kakaknya Mauro. itu membuat Merry semakin bersikeras untuk dapat bertemu dengan kakaknya, dan ia pun memutuskan untuk pergi sendirian ke perbatasan untuk mencari kakaknya Mauro. Bayangkan saja, untuk mencapai ke perbatasan, dengan menggunakan sepeda motor saja membutuhkan waktu 8 jam, sementara karena kekurangan ongkos, Merry terpaksa berhenti ditengah perjalanan dan kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Carlo yang kemudian mengetahui kalau Merry pergi dari rumah dan hendak menuju ke perbatasan, akhirnya ditugaskan oleh sang ayah angkat untuk menyusul Merry yang mungkin masih belum terlalu jauh. Dan bertemulah Carlo dengan Merry, namun niat Merry untuk terus menuju ke perbatasan akhirnya membuat Carlo merasa iba dan akhirnya memutuskan untuk membantu Merry mencapai perbatasan. Lalu apakah hubungan kedua anak yang sering bertikai ini akan menjadi baik? apakah Merry berhasil bertemu dengan kakaknya Mauro?? tonton sendiri yaa.... heheh...

Filmnya menurut saya cukup bagus, ceritanya sederhana namun sangat bermakna. Oke, mungkin diawal cerita film ini agak sedikit keteteran, sepertinya awal cerita hanya dibuat untuk memperpanjang durasi film yang mungkin kalau ditiadakan maka akan menjadi film dengan durasi terpendek sepanjang masa. hehehe.

Menurut saya, scene-scene awal difilm ini terasa hambar sekali, khususnya dibagian komedinya, yang menurut saya sangat mudah ketebak dan berjalan lambat sekali, sehingga unsur komedinya terkesan hambar dan garing. Namun kemudian cerita mulai sedikit teratur kembali, walaupun saya sempat dibuat ngantuk sedikit karena alur yang lambat dan terkesan membosankan. Tapi untungnya itu hanya berlangsung sebentar saja, karena setelahnya saya lalu disuguhkan dengan alur cerita yang mulai mengalir dengan enak. Ada scene yang berhasil membuat saya sedikit terharu adalah saat datang kabar untuk Carlo yang mengabarkan bahwa Ibu-nya sudah meninggal dunia. Atau saat Tatiana sedang mengajar dikelas kecil dengan alat seadanya, kemudian Tatiana mulai bertanya satu-satu pada murid-muridnya termasuk putrinya sendiri Merry tentang cita-cita jika sudah besar nanti. Ada yang menjawab ingin menjadi petani, presiden, dokter, dsb. Namun saat tiba giliran Carlo yang ditanya, jawabannya sungguh memilukan.

"Carlo... apa kau punya cita-cita kalau su besar nanti??"

Carlo terdiam sejenak kemudian menjawab:

"Saya tidak punya cita-cita Ibu..."
"Ada, tapi cita-cita saya berbeda.."
"Saya punya cita-cita hanya ingin berkumpul dengan Mama dan papa..."


Mendengar jawaban Carlo yang sedrhana itu benar-benar membuat saya merinding. Dan sejak saat itu, tokoh favorit saya di film ini adalah anak nakal bernama Carlo!!!. haha...

Mengenai keseluruhan film ini, menurut saya cukup bagus tapi tidak terlalu bagus jika dibandingkan dengan kedua film sebelumnya, Denias dan King. Enatahlah, mungkin karena tidak ada konflik yang signifikan yang diangkat film ini, dan juga ending dari film ini yang terasa sangat cepat dan biasa saja, sehingga begitu film ini berakhhir, maka kita akan berkata dalam hati: "Oh.. udah aja ya??".
Mengenai cinematografi dan scoring, seperti biasanya, sangat memukau. Sudah tidak perlu diomongin lagi kalau masalah cinematografinya. Scoring-nya pun mantap, walaupun belum berhasil membuat saya mengharu biru (kecuali dipart lagu Tanah Air Beta). Untuk akting, saya gag bisa berkomentar banyak, tapi saya mengacungkan 5 jempol saya untuk anak yang memerankan Carlo, he's the best!!! bahkan, pemeran anak wanitanya malah terlihat sangat jeglek aktingnya kalau dibandingkan dengan akting Carlo. Lukman Sardi, Thessa Kaunang dsb juga ga begitu memukau, mungkin karena mereka hanya sebagai pemeran pendukung aja kali ya?.

Tapi film ini tetap layak untuk ditonton, sangat layak malah. Film ini tetap tidak membuat point saya turun terhadap karya Alinea Pictures selanjutnya, saya tetap menanti karya selanjutnya. Ayooook... nonton yooook...... :)

watch the trailer:
Counter Powered by  RedCounter