Welcome to my world

smiledevils

Sabtu, 03 Juli 2010

"TANAH AIR BETA" mencari kakak yang tak kunjung tiba




Jenis Film : Drama keluarga
Produser : Ari Sihasale
Produksi : Alenia Pictures
Pemain : Alexandra Gottardo, Asrul Dahlan, Griffit Patricia, Yahuda Rumbindi, Lukman Sardi, Ari Sihasale, Robby Tumewu, Thessa Kaunang
Sutradara : Ari Sihasale
Penulis : Armantono
Ilustrasi musik : Aksan Sjuman dan Titi Sjuman
Durasi : 90 menit


Sebenarnya saya menonton film ini saat pertama premiere yang lalu, tapi baru ada mood untuk membuat sedikit resensi tentang film ini.

Setelah menonton film DENIAS dan KING beberapa tahun yang lalu, entah kenapa saya mulai mengagumi sosok Ari Sihasale sebagai seorang sutradara muda baru yang menurut saya punya kualitas yang mengejutkan. Dua film itu (Denias dan King), merupakan karyanya yang digarap secara jujur dan penuh perasaan, Ari Sihasale berhasil membuat film untuk anak-anak yang disajikan penuh dengan kesederhanaan namun sangat luar biasa pengaruhnya bagi orang yang menonton. Saya sempat dibuat meneteskan air mata saat menyaksikan perjuangan seorang Denias yang ingin sekali dapat bersekolah di tempat yang lebih layak, saya pun kemudian dibuat terkagum-kagum melihat sosok seorang ayah yang sangat mencintai anaknya di film King. Sungguh, setelah saya terpuaskan oleh kedua film itu, saya kemudian mulai berani mengambil kesimpulan bahwa Ari Sihasale sangat layak untuk saya sebut sebagai sineas muda yang sangat berbakat, dan sejak itu, saya berjanji pada diri saya sendiri, untuk terus mengikuti perkembangan film yang akan digarap oleh beliau di bawah naungan Alinea Pictures. Saya akan selalu siap menanti dan menyaksikan film-film apa lagi yang akan digarap mereka.

Begitu pun saat saya mengetahui bahwa akan ada film baru berjudul TANAH AIR BETA yang digarap oleh Alinea Pictures. Dan saat premiere pertamanya, saya menyempatkan diri untuk menonton film ini. Berikut sinopsisnya:

Film ini menceritakan tentang Mauro (Marcel Raymond) seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang harus terpisahkan dengan Ibu-nya Tatiana (Alexandra Gottardo) dan juga adik perempuannya yang baru berumur sepuluh tahun, Merry (Griffit Patricia), akibat Peristiwa revolusi kemerdekaan tanah Timor Timur atau yang lebih dikenal sebagai Timor Leste yang sekarang resmi memisahkan diri dari Indonesia.

Saat peristiwa itu, Mauro terpisahkan dari Ibu dan adiknya dan terpaksa tinggal bersama pamannya di perbatasan. Sementara Tatiana dan putrinya Merry lebih memilih tinggal di negeri tercintanya Indonesia.

Film ini kemudian bercerita mengenai perjuangan sang Ibu, Tatiana untuk mencari putra satu-satunya Mauro ke perbatasan. Namun hasilnya selalu nihil. Merry yang sangat mencintai kakak laki-lakinya itu pun sangat berharap agar ia segera dipertemukan dengan kakak tercintanya, Mauro. Namun setelah pencarian yang selalu tidak membuahkan hasil itu, akhirnya Tatiana harus rela berbohong pada Merry bahwa kakaknya baik-baik saja dan akan segera kembali suatu saat nanti.

Disini dikisahkan juga seorang anak laki-laki bernama Carlo (Yehuda Rumbini), yang terkenal sangat nakal dan sering sekali mengganggu Merry. Namun dibalik kenakalannya itu, ternyata nasib Carlo tidak kalah menyedihkan dari Merry. Ia kehilangan kedua orangtuanya, dan kini ia tidak punya siapa-siapa lagi selain bapak angkatnya sekarang (saya lupa namanya, hehe). Merry selalu dibuat kesal oleh Carlo, dan tiap kali ia dibuat kesal oleh Carlo, maka Merry akan selalu bilang pada Carlo bahwa sebentar lagi kakaknya Mauro akan datang dan Carlo tidak akan berani lagi mengganggunya. Hingga suatu saat, Carlo merebut sebuah harmonika milik Merry dan tidak sengaja menjatuhkannya ke sungai. Merasa bersalah, akhirnya Carlo berjuang untuk membeli sebuah harmonika baru untuk Merry. Sementara itu, Merry makin bersedih kala diam-diam dia mengetahui bahwa selama ini Ibunya berbohong mengenai rencana kepulangan kakaknya Mauro. itu membuat Merry semakin bersikeras untuk dapat bertemu dengan kakaknya, dan ia pun memutuskan untuk pergi sendirian ke perbatasan untuk mencari kakaknya Mauro. Bayangkan saja, untuk mencapai ke perbatasan, dengan menggunakan sepeda motor saja membutuhkan waktu 8 jam, sementara karena kekurangan ongkos, Merry terpaksa berhenti ditengah perjalanan dan kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Carlo yang kemudian mengetahui kalau Merry pergi dari rumah dan hendak menuju ke perbatasan, akhirnya ditugaskan oleh sang ayah angkat untuk menyusul Merry yang mungkin masih belum terlalu jauh. Dan bertemulah Carlo dengan Merry, namun niat Merry untuk terus menuju ke perbatasan akhirnya membuat Carlo merasa iba dan akhirnya memutuskan untuk membantu Merry mencapai perbatasan. Lalu apakah hubungan kedua anak yang sering bertikai ini akan menjadi baik? apakah Merry berhasil bertemu dengan kakaknya Mauro?? tonton sendiri yaa.... heheh...

Filmnya menurut saya cukup bagus, ceritanya sederhana namun sangat bermakna. Oke, mungkin diawal cerita film ini agak sedikit keteteran, sepertinya awal cerita hanya dibuat untuk memperpanjang durasi film yang mungkin kalau ditiadakan maka akan menjadi film dengan durasi terpendek sepanjang masa. hehehe.

Menurut saya, scene-scene awal difilm ini terasa hambar sekali, khususnya dibagian komedinya, yang menurut saya sangat mudah ketebak dan berjalan lambat sekali, sehingga unsur komedinya terkesan hambar dan garing. Namun kemudian cerita mulai sedikit teratur kembali, walaupun saya sempat dibuat ngantuk sedikit karena alur yang lambat dan terkesan membosankan. Tapi untungnya itu hanya berlangsung sebentar saja, karena setelahnya saya lalu disuguhkan dengan alur cerita yang mulai mengalir dengan enak. Ada scene yang berhasil membuat saya sedikit terharu adalah saat datang kabar untuk Carlo yang mengabarkan bahwa Ibu-nya sudah meninggal dunia. Atau saat Tatiana sedang mengajar dikelas kecil dengan alat seadanya, kemudian Tatiana mulai bertanya satu-satu pada murid-muridnya termasuk putrinya sendiri Merry tentang cita-cita jika sudah besar nanti. Ada yang menjawab ingin menjadi petani, presiden, dokter, dsb. Namun saat tiba giliran Carlo yang ditanya, jawabannya sungguh memilukan.

"Carlo... apa kau punya cita-cita kalau su besar nanti??"

Carlo terdiam sejenak kemudian menjawab:

"Saya tidak punya cita-cita Ibu..."
"Ada, tapi cita-cita saya berbeda.."
"Saya punya cita-cita hanya ingin berkumpul dengan Mama dan papa..."


Mendengar jawaban Carlo yang sedrhana itu benar-benar membuat saya merinding. Dan sejak saat itu, tokoh favorit saya di film ini adalah anak nakal bernama Carlo!!!. haha...

Mengenai keseluruhan film ini, menurut saya cukup bagus tapi tidak terlalu bagus jika dibandingkan dengan kedua film sebelumnya, Denias dan King. Enatahlah, mungkin karena tidak ada konflik yang signifikan yang diangkat film ini, dan juga ending dari film ini yang terasa sangat cepat dan biasa saja, sehingga begitu film ini berakhhir, maka kita akan berkata dalam hati: "Oh.. udah aja ya??".
Mengenai cinematografi dan scoring, seperti biasanya, sangat memukau. Sudah tidak perlu diomongin lagi kalau masalah cinematografinya. Scoring-nya pun mantap, walaupun belum berhasil membuat saya mengharu biru (kecuali dipart lagu Tanah Air Beta). Untuk akting, saya gag bisa berkomentar banyak, tapi saya mengacungkan 5 jempol saya untuk anak yang memerankan Carlo, he's the best!!! bahkan, pemeran anak wanitanya malah terlihat sangat jeglek aktingnya kalau dibandingkan dengan akting Carlo. Lukman Sardi, Thessa Kaunang dsb juga ga begitu memukau, mungkin karena mereka hanya sebagai pemeran pendukung aja kali ya?.

Tapi film ini tetap layak untuk ditonton, sangat layak malah. Film ini tetap tidak membuat point saya turun terhadap karya Alinea Pictures selanjutnya, saya tetap menanti karya selanjutnya. Ayooook... nonton yooook...... :)

watch the trailer:

2 komentar:

  1. Ratingnya kira2 berapa nih, smile? Soalnya klo gw baca review lo, kok kayaknya film ini kurang meyakinkan ya? Dibilang di situ konfliknya kurang menggigit. Soalnya khawatirnya gw tar ampir ketiduran kayak pas nonton paruh awalnya film "Sang Pemimpi"

    Hehehe, peace :P

    -- Petrel --

    BalasHapus
  2. huehehehehe...
    berapa ya rating-nya???? hmmm... 2 aja deh.. :p
    bagus sih, cuman karena hampir ga ada konfliknya, malah bikin film ini terasa hambar.... beda banget ama film Denias yang berisi padat dan segar!! wekekekekek....

    BalasHapus

Counter Powered by  RedCounter