Welcome to my world

smiledevils

Senin, 15 Maret 2010

"HACHIKO: A Dog's Story" --> Touching Banget


Jenis Film : Drama – Semua Umur (general)
Produser : Richard Gere, Bill Johnson, Vicki Shigekuni Wong
Produksi : Inferno Production
Durasi : 104
Pemain : Richard Gere
Joan Allen
Sarah Roemer
Erick Avari
Jason Alexander
Sutradara : Lasse Hallstrom
Penulis : Stephen P. Lindsay

Resensi:
(Spoiler Alert)


Akhir-akhir ini banyak banget film bagus yang udah gue tonton tapi belum sempet gue bikin reviewnya, nampaknya penyakit syndrom "malas bikin review" gue kambuh lagi nih, hehehe.

Kemaren nih, gue dapet stok Film lumayan banyak dari temen gue, mungkin ada lebih dari 10-an. Tadinya sih mau gue lahap aja malem itu juga sebagai santapan malam, kan kalo ga habis bisa diangetin tuh buat besoknya, hehe. Tapi dari sekian banyak film yang gue dapet dari teman gue itu, ada satu film yang nampaknya cukup membangkitkan birahi gue untuk menontonnya. Nampak menggiurkan!! kalo ibarat buah-buahan, seger banget nampaknya. Film yang bikin gue langsung bergairah untuk menontonnya adalah film: HACHIKO: A Dog's Story. Beberapa alasan kenapa gue sangat tertarik buat nonton nih film antara lain:

- Ini film tentang Pets alias hewan peliharaan, well, as u know guys, i'am an animals lover. huehe..

- Ini adalah film hasil remake dari film Jepang yang katanya menuai sukses, padahal gue sendiri belum pernah nonton versi Jepang-nya.

- Film ini di bintangi dan di produseri oleh Richard Gere, bukan berarti gue nge-fan ama dia loh, persepsi gue, kalo aktor sekelas Gere berani memproduseri dan bermain di film ini, berarti film ini bukan film yang digarap secara ecek-ecek.

- Dan, alasan terakhir ini lah yang bikin gue semakin mantap untuk nonton film ini. Yep, film ini ternyata diangkat dari kisah nyata yang telah melegenda di Jepang. Entahlah, gue demen aja nonton film yang diangkat dari kisah nyata.

****

OKE, mari kita lanjutkan resensi-nya.

Well, sebenarnya tidak ada yang menarik dari alur cerita film ini, sangat sederhana, tidak terlalu banyak konflik sehingga nyaris tanpa konflik. Mungkin bagi yang sudah pernah menonton film MARLEY AND ME, film HACHIKO ini tidak berbeda jauh dengan film itu. Hanya saja, HACHIKO lebih kental menceritakan tentang kesetiaan, penantian dan persahabatan.

CERITA dimulai saat Parker Wilson (Richard Gere), seorang Professor perguruan tinggi yang tidak sengaja menemukan seekor anak anjing yang tersesat disekitar stasiun kereta api pada saat pulang kerja. Awalnya, Parker tidak menginginkan untuk memelihara anak anjing itu. Dia berniat akan mencari siapa pemilik anjing malang tersebut, namun usahanya tidak membuahkan hasil. Dia berniat memberikan anak anjing itu kepada siapapun yang menginginkannya, terlebih, istrinya tidak menyukai ada anjing dirumahnya. Tapi putri Parker yang akan segera menikah justru menyukai anak anjing itu, melihat hubungan yang terjalin antara si anak anjing, putrinya dan suaminya itu, lalu terenyuhlah hati Nyonya Parker untuk membiarkan anak anjing itu menjadi bagian dari keluarganya.

HACHI, begitu nama anjing yang diketahui dari nama yang terukir dikalungnya itu. Hachi berarti 8 (delapan), ada kemungkinan Hachi adalah anjing ke-delapan yang dilahirkan induknya.

Hubungan Parker dengan Hachi semakin akrab. Hachi semakin tergantung pada tuannya. Parker mengajari banyak hal pada Hachi, mengambil koran, berputar, dan sebagainya. Tapi hanya satu yang tidak dapat Hachi lakukan, bermain bola lempar. Biasanya, anjing paling senang kalau bermain lempar bola bersama tuannya, sang tuan melempar bola, dan si anjing menangkapnya lalu mengembalikannya pada sang tuan. Tapi itu tidak terjadi pada Hachi, diajarkan berapa kali-pun Hachi tetap tak dapat melakukannya.

Parker biasa berangkat kerja menggunakan Kereta. Jarak rumah menuju ke stasiun tidak terlalu jauh, dan berjalan menuju stasiun sudah menjadi kegiatan rutin Parker setiap harinya. Namun, saat Parker hendak berangkat menuju stasiun, Hachi mengikutinya dari belakang. Parker menyuruh Hachi untuk pulang, namun Hachi tetap ingin mengantar tuannya hingga stasiun. Dan alangkah terkejutnya Parker, begitu Hachi mengantarnya sampai stasiun untuk naik kereta, maka Hachi akan pulang ke-rumah dan akan kembali lagi ke stasiun jam 5 sore untuk mejemput tuannya. Hachi menunggu di taman dekat stasiun, beberapa teman Parker di sekitar stasiun sudah banyak yang mengenal Hachi, jadi tidak aneh bagi mereka melihat Hachi duduk di taman menunggu tuannya pulang dari bekerja. Dan begitulah setiap harinya, Hachi selalu pergi mengantarkan Parker hingga stasiun dan akan menjemputnya jam 5 sore, yaitu saat peluit kereta api berbunyi.

Suatu ketika, saat Hachi akan mengantar Parker menuju Stasiun, tiba-tiba saja Hachi ingin bermain bola lempar bersama Parker. Dan betapa terkejutnya Parker, ternyata Hachi tahu bagaimana cara bermain bola lempar. Saat Parker hendak pergi menuju kereta-nya, Hachi menggonggong, Parker menoleh dan kembali menuju Hachi lalu memeluknya.

"Jemput aku jam lima sore ini"


begitulah kata sang tuan. Hachi memandangnya lekat hingga sang tuan menuju keretanya.
Dan sangat tidak disangka, ternyata, itu adalah pertemuan terakhir Hachi dengan tuannya. Karena, Parker telah meninggal saat mengajar di kampus akibat serangan jantung. (Damn it!!).

Pluit kereta api sudah berbunyi dan jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Hachi sudah berada di tempat penantiannya. Hari itu musim dingin, beberapa jalanan sudah tertutup salju, namun Hachi masih tetap menanti kedatangan tuannya hingga malam. Akhirnya, Hachi dijemput oleh putri Parker untuk pulang. Sang istri dan sang putri sangat bersedih akan kepergian sang suami tercintanya. Namun Hachi tidak pernah dan mungkin tak mau tahu kalau sang tuan sudah pergi meninggalkannya selamanya.

Hachi harus tinggal bersama putri Parker yang sekarang sudah menikah, dan meninggalkan rumah kenangannya bersama sang tuan, karena rumah itu telah dijual dan ditinggalkan oleh istri Parker.

Hachi tidak pernah tau kalau tuannya telah meninggalkannya selamanya. Hingga suatu ketika dia kabur dari rumah putri Parker dan berlari menuju stasiun. Dia duduk ditempat penantiannya, seperti biasa. Beberapa orang yang mengenalnya merasa iba pada Hachi, dan juga kagum akan kesetiaannya pada tuannya. Beberapa diantara mereka rajin memberi makan dan minum Hachi yang sudah mulai terlihat kurus. Bahkan, cerita kesetiaan Hachi terhadap tuannya kini mulai merebak dikalangan masyarakat, dan berita itu dimuat disurat kabar, hingga membuat banyak orang iba dan datang hanya untuk memberikan Hachi makan. Begitulah, Hachi terus menunggu kedatangan tuannya hingga 9 tahun di stasiun itu, berharap kalau ia akan melihat tuannya keluar dari pintu gerbang stasiun dan menyambutnya dengan pelukan. Namun, tuannya tak kunjung datang, bahkan hingga akhirnya Hachi-pun menutup matanya untuk selama-lamanya.

HUHUHUHU.....
merinding gue nontonnya!! sumpah, ceritanya mungkin ga begitu luar biasa, tapi pesannya begitu ngena banget. Bikin gue benar-benar terharu. Temen gue malah ada yang ampe meneteskan air mata. Keren deh pokoknya!!!

O iya, btw. Untuk mengenang Hachi, maka stasiun Kereta di Tokyo, Jepang. mendirikan patung anjing (Hachi) di taman tempat Hachi biasa duduk menunggu tuannya. Nama tuannya yang asli adalah Hidesaburo Ueno, Hachi dibawa oleh tuannya ke Tokyo pada tahun 1924.


Anyway, gue suka banget sama film ini!! RECOMENDED banget dah.
Gue jadi inget pengalaman gue dulu waktu pertama punya kucing, di pelihara dari orok hingga cukup gede, namun disuruh dibuang ama ibu gue gara-gara tuh kucing nakal banget. Gue pun nurut aja, tapi, anehnya, tuh kucing walaupun udah gue buang jauh-jauh, tapi masih bisa menemukan jalan pulang. Ampe akhirnya gue buang ke tempat yang lumayan jauh, dan bener aja, tuh kucing ga balik-balik, gue penasaran, gue cari tuh kucing, dan menemukannya sedang dirawat oleh seseorang disebuah rumah yang lumayan besar, dan gue bener-bener merasa kehilangan kucing itu, ampe kaga mau makan 5 hari 7 malam. (Curhat Colongan) :p Huhuhuhu....

Puss.. pusss.. come out come out wherever you are...!!!!

watch the trailer's here:

Source Gambar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Counter Powered by  RedCounter